Manfaat Terapeutik di Balik Haji
Oleh : Dr. H. Nurul Kawakib, SpB*
Haji adalah upaya menuju kepada Allah SWT dan mengabdikan diri agar mendapat ridha-Nya, dengan mengerjakan suatu pekerjaan ritual tertentu/manasik (rukun haji dan wajib haji) pada masa tertentu/miqat zamani (syawal, dzulqo’dah, dzulhijjah) dan tempat tertentu (Mekah, Arafah, Muzdalifah, Mina).
Di balik haji terdapat bermacam - macam manfaat (QS.22:28) dari berbagai bidang, termasuk bidang kedokteran yaitu manfaat terapeutik (pengobatan). Meskipun tujuan utamanya adalah ibadah (QS.51:56) dengan melaksanakan perintah-Nya (QS.22:27), yang merupakan kewajiban (QS.3:97) bagi yang mampu (QS.3:97), karena Allah SWT semata (QS.2:196).
Ritual haji meliputi rukun haji dan wajib haji. Rukun haji antara lain ihram, wukuf di Arafah, tawaf ifadhah, sa’i, tahallul dan tertib. Sedangkan wajib haji antara lain niat ihram dari miqat, berdiam di Arafah, mabit di Muzdalifah, melempar jumrah Aqabah, mabit di Mina, melontar jumrah Aqabah, Ula, Wustho, tawaf wada dan menjauhkan diri dari larangan atau perbuatan yang diharamkan dalam ihram.
Dimulai niat/ihram dari miqat, tawaf di Baitullah, sa’i antara Shafa dan Marwah, wukuf di Arafah, mabit/bermalam di Muzdalifah dan Mina, melempar jumrah di Mina dan tahallul/ bercukur di akhirnya. Pilihan perjalanannya bisa haji ifrad (dua kali ihram, sekali untuk haji dan sekali untuk umrah), qiran (haji dan umrah sekaligus) atau tamattu’ (mendahulukan umrah dan kemudian haji).
Niat yang diambil dari miqat, dengan mengenakan ihram, menandakan dimulainya perjalanan haji. Bagi jamaah haji Indonesia gelombang pertama yang datang masuk lewat Madinah miqatnya di Bir Ali/Dzulhulaifah 12 km di luar Madinah dan gelombang dua yang datang masuk langsung ke Mekah miqatnya di pesawat udara dengan ketinggian sekitar 10 km di atas laut kalau menggunakan Boing 747 dan ketinggian sekitar 5 km jika menggunakan DC 10. Mulai niat ihram kalau sudah sekitar 30 menit sebelum mendarat, di atas Qarnul Manazil atau di atas Yalamlam. Atau miqat di Jeddah/King Abdul Aziz (Ijtihad pertama, Imam Atha bin Abi Rabah, tabi’in; Ibnu Hajar, tabiit tabi’in) 107 km dari Mekah.
Niat ini penting sebagaimana Nabi SAW telah bersabda, “Semua amal tergantung pada niatnya dan setiap perkara (balasannya) tergantung kepada apa yang diniatkannya.” (HR. Bukhari Muslim). Begitu pula apabila seseorang memiliki keinginan untuk mendapatkan keutamaan tertentu dalam ibadah haji, seperti kesembuhan dari penyakit yang sedang dideritanya, hendaknya membekali dirinya dengan niatnya.
Tawaf mengelilingi Ka’bah sebanyak tuju kali, menurut dr. Bahar A, SpB (K) Onk, dokter ahli bedah konsultan onkologi, bermanfaat terapeutik karena dapat digolongkan hipnotisme dan prana. Hipnotisme, menurut National Institutes of Health Amerika Serikat, adalah mind body intervention atau intervensi spiritual terhadap jasmani yang berpengaruh terhadap tubuh. Sedangkan prana, menurut National Institutes of Health Amerika Serikat, termasuk kedokteran bioelektrik.
Hipnotisme bermanfaat untuk berbagai penyakit antara lain kelainan jantung dan pembuluh darah (hypertension, angina pectoris, coronary heart disease), kanker (neoplasma), penyakit saluran makanan (ulcerative colitis, peptic ulcer, penyakit wanita (dysmenorhrhoe), penyakit kulit (atopic dermatitis, acne, allergic reactions, urticaria, neurodermatitis), penyakit metabolisme (diabetes mellitus, obesitas, hyperthyroidism, hypoglycemia), asma bronchiale dan rheumatoid arthritis.
Dokter ahli jiwa (psikiater) mempraktekkan hipnotisme dengan mempengaruhi alam sadar pasien. Sedangkan kaum sufi dengan pengaruh ke alam bawah sadar terlihat pada ritual zikir berupa doa dan wirid yang berulang-ulang, mengosongkan kesadaran dari semua kepedulian tentang kehidupan manusia dan ingat pada Allah SWT semata. Mereka seolah terbebas dari beban duniawi seperti halnya berbagai keluhan sakit yang diderita.
Tawaf bisa menghipnotis diri sendiri bila mencapai tarap khusyuk. Perubahan kesadaran itu terjadi sewaktu mata berkonsentrasi memperhatikan sesuatu yang tidak terlihat. Telinga sesak dengan alunan zikir dan doa yang menderu. Kaki melangkah dengan gerakan tertentu mengikuti manusia berseragam ihram dan bertelanjang kaki lainnya, menurut alur tatacara tertentu seperti lengan terangkat dalam irama tertentu setiap melewati Hajar Aswad. Perubahan kesadaran terkadang sudah terjadi di saat melihat Ka’bah, bagi orang - orang tertentu sesuai dengan tingkatan dan kondisi masing - masing. Ada yang terpesona, menggigil dan menangis, menggigil seperti disambar petir atau terdiam dalam ketenangan.
Apabila tawaf adalah hipnotisme, berjalan dengan kaki telanjang di Masjidil Haram mengelilingi Ka’bah adalah prana. Prana, menurut bahasa sansekerta, berarti kekuatan untuk hidup, suatu bioenergi yang tidak terlihat untuk mempertahankan kehidupan dan menjaga agar tubuh tetap sehat, ibarat bensin untuk mobil. Prana juga disebut tenaga dalam.
Ka’bah di Mekah pertama kali dibangun oleh Nabi Adam AS merupakan rumah yang mula - mula dibangun untuk (tempat beribadah) manusia (QS.3:96). Renovasi pertama dilakukan oleh Nabi Nuh AS dan Sam bin Nuh, kemudian oleh Nabi Ibrahim AS bersama putranya Nabi Ismail AS (QS.2:127). Karena waktu, lokasi, pembangunan dan tujuan, ditentukan semata oleh-Nya, sehingga Baitullah adalah sumber prana Ilahiyah. Pada bangunan Ka’bah terdapat tanda – tanda yang jelas (QS.3:96-97) antara lain Hajar Aswad, yang dalam diriwayatkan merupakan pemberian Malaikat Jibril AS kepada Nabi Ismail AS. Selain Ka’bah, Hajar Aswad juga mampu menerima dan memberikan prana orang yang melaksanakan tawaf.
Prana bekerja di aura, suatu medan elektro magnetik yang meliputi tubuh (physical body, etheric body, emotional body, mental body). Aura tergantung pada keseimbangan jasmani dan rohani karena suatu penyakit akan mengganggu keseimbangan itu. Ia dapat diobati dengan tenaga dalam, karena faktor keterikatan jasmani dan rohani tersebut hingga memiliki pengaruh penyembuhan terhadap organ tertentu yang mengalami gangguan atau sakit. Prana bermanfaat antara lain untuk penyakit ringan (sakit kepala, gigi, tenggorokan, batuk, demam, perut, mencret, nyeri), penyakit berat (sakit tuberkulosa, tekanan darah tinggi, jantung, liver, kandungan dan sendi) serta sakit jiwa (stres, depresi, fobi, tension, anxiety, paranoid, skizofrenia).
Setelah tawaf disunahkan untuk salat sunat tawaf di maqam Ibrahim (QS.2:125), salat sunat di Hijr Ismail. Dalam salat bekerja sistim mind body intervention seperti meditasi. Dilanjutkan minum air zamzam dengan berdo’a antara lain doa Ibnu Abbas RA, “Ya Allah, aku mohon pada-Mu ilmu yang bermanfaat, rizki yang luas dan sembuh dari segala penyakit dengan rahmat-Mu ya Allah wahai Tuhan Yang Maha Pengasih.”
Selanjutnya sa’i (QS.2:158) berjalan bolak balik tuju kali dimulai Shafa dan berakhir di Marwah yang merupakan prosedur pengulangan episode di kala Siti Hajar RA saat mencari air (akhirnya dapat air zamzam) untuk Nabi Ismail AS. Diriwayatkan, ketika Siti Hajar RA telah meminum air zamzam, seketika itu juga ia bisa menyusui Nabi Ismail AS dan air susunya semakin betambah berkat air zamzam. Ini bisa jadi berhubungan dengan peran DNA dalam pembentukan protein. Dengan kata lain dengan air zamzam dapat membuka sandi DNA yang diduga penting untuk terapeutik berbagai penyakit, bahkan penyakit yang saat ini hanya bisa diterapi secara paliatif. Sama halnya dengan tawaf, karena Safa dan Marwah adalah sebagaian dari syiar - syiar Allah SWT, sa’i adalah terhipnosis di sumber prana Ilahiyah, yang dengan perantara air zamzam dapat membuka sandi DNA yang sangat penting dalam terapeutik.
“Haji itu dengan melakukan wukuf di Arafah...” (HR. Tirmidzi, Abu Dawud dan Ibnu Majah). Diriwayatkan bahwa bumi Mekah adalah yang pertama kali muncul dari air selepas penciptaannya. Keistimewaan Mekah adalah Masjidil Haram. Selain itu Jabal Rahmah di Arafah adalah pertemuan Nabi Adam AS dan Hawa RA. Dari kejadiannya, Mekah dan Arafah adalah pusat prana dunia. Wukuf tanggal 9 Dzulhijjah sebagai inti haji bekerja berbagai sistim mind body intervention yang diwakili hipnotisme dan meditasi, bioelectric medicine oleh prana dan kedokteran modern oleh air zamzam. Keterpaduan ini sangat berpotensi untuk membuka sandi DNA.
Bertolak dari Arafah menuju Masy’aril Haram/Muzdalifah berzikir (QS.2:198) dan mabit. Mabit atau bermalam di Muzdalifah dilaksanakan setelah tengah malam tanggal 10 Dzulhijjah dan di Mina pada hari tasyriq tanggal 11, 12 dan 13 Dzulhijjah, adalah masa istirahat. Dari segi kedokteran, istirahat memegang peranan penting dalam pengobatan penyakit. Dalam haji, mabit adalah waktu antara wukuf dan melontar. Dengan kata lain mabit adalah waktu sesudah bekerja hipnotisme, meditasi dan prana untuk melakukan pelontaran. Mabit dibutuhkan untuk menyeimbangkan tubuh dan jiwa, meresap muatan positif prana dan memilah muatan negatif untuk dibuang waktu melontar.
Melontar bisa menghipnotis diri sendiri bila mencapai taraf khusyuk. Syariat melontar ini merupakan simbol permusuhan syetan. Dalam keadaan terhipnotis melontar adalah membuang prana negatif.
Akhinya tahallul, ibarat tanda tangan surat pulang bagi pasien rumah sakit, tahallul sebagai kelengkapan terapeutik. Ibarat akhir dari semua perjuangan, dengan tahallul seseorang bisa kembali menikmati sesuatu yang sebelumnya dilarang. Ibarat dapat menikmati manfaat - manfaat di balik haji dan ridha Allah SWT serta tiada balasan kain kecuali surga karena mabrur (HR. Bukhari Muslim). Wallahua’lam.
* Penulis adalah Dokter Ahli Bedah, Jamaah Haji 1429 H/2008 M. Alumnus Pondok Pesantren Yanabiul Ulum Sidoresmo danRoudlotul
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar